A. Saat
kunci kontak on mesin mati
Arus
listrik mengalir dari baterai ke fusible link (FL), ke kunci kontak (KK) ke
fuse ke Charge Warning Lamp (CWL) ke L ke P0 ke P1 ke massa. Akibatnya lampu
pengisian menyala. Pada saat yang sama, arus dari baterai juga mengalir ke FL
ke KK ke fuse ke Ig ke Pl1 ke Pl0 ke terminal F regulator ke F alternator ke
rotor coil (RC) ke massa. Akibatnya pada RC timbul medan magnet. Untuk aliran
arus listriknya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
B. Saat
putaran mesin rendah
Apabila
mesin hidup dengan kecepatan rendah, maka tegangan dari terminal N alternator
mengalir ke N regulator , ke kumparan voltage relay, ke massa. Akibatnya
pada kumparan voltage relay timbul medan magnet, sehingga terminal P0
tertarik dan menempel dengan P2. Akibatnya lampu pengisian menjadi padam karena
tidak mendapat massa. Output dari SC disalurkan ke diode dan di searahkan
menjadi arus searah (DC) kemudian mengalir ke B alternator kemudian ke baterai.
Terjadi pengisian baterai. Arus dari terminal B juga mengalir ke B reg ke P2 ke
P0 ke kumparan voltage regulator ke massa. Akibatnya terjadi medan
magnet pada kumparan voltage regulator. Karena putaran rendah, tegangan
output alternator cenderung rendah. Bila tegangan B kurang dari 13,8 medan
magnet pada kumparan voltage regulator lemah dan Pl0 tetap menempel ke
Pl1 (karena adanya pegas pada Pl 0). Akibatnya arus yang besar mengalir dari Ig
, ke Pl1, ke Pl0, ke F regulator, ke F alternator ke RC ke massa, maka arus
yang mengalir ke RC besar dan medan magnet pada RC kuat. Jadi, meskipun putaran
lambat, output alternator tetap cukup untuk mengisi baterai karena medan magnet
pada RC kuat. Untuk aliran arus listriknya dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :
C. Saat
putaran mesin sedang
Bila
putaran mesin naik menjadi putaran sedang, maka tegangan output alternator di
terminal B akan naik juga dan arusnya mengalir ke B reg ulator ke P2 ke P0 ke
kumparan voltage regulator, ke massa. Akibatnya, medan magnet pada kumparan
voltage regulator menjadi makin kuat dan menarik Pl0 sehingga lepas dari Pl1
(Pl0 mengambang). Akibatnya, arus dari B alternator mengalir ke Ig ke resistor
(R) ke F regulator ke F alternator ke RC ke massa. Kemagnetan pada RC melemah
karena arus melewati resistor. Meskipun
kemagnetan pada RC melemah, namun putaran naik ke putaran sedang sehingga
output alternator tetap cukup untuk mengisi baterai (tegangan antara 13,8
sampai 14,8 volt). Untuk aliran arus listriknya dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :
D. Saat putaran mesin tinggi
Bila
putaran naik menjadi putaran tinggi, maka tegangan output pada terminal B
alternator akan cenderung makin tinggi. Bila tegangan tersebut melebihi 14,8
volt, maka kemagnetan pada kumparan voltage regulator semakin kuat sehingga
kontak Pl0 tertarik dan menempel dengan pl2. Akibatnya arus yang berasal dari
Ig mengalir ke R ke Pl0 ke Pl2 ke massa (tidak mengalir ke RC). Hal ini
menyebabkan medan magnet pada RC drop. Output dari terminal B alternator
menjadi turun. Bila tegangan output kurang dari tegangan standar (13,8 – 14,8
V) maka kemagnetan pada voltage regulator melemah lagi, sehingga Pl0 lepas lagi
dari Pl2. Arus dari Ig ke R kembali mengalir ke RC ke massa, sehingga medan
magnet pada RC kembali menguat sehingga tegangan output alternator naik lagi. Bila
tegangan di B naik lagi dan melebihi 14,8 volt, maka prosesnya berulang ke
proses di atas secara berulang -ulang dan Pl0 lepas dan menempel dengan Pl2
secara periodik sehingga output alternator menjadi stabil. Untuk aliran arus
listriknya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Mas Beni, tulisan anda sumbernya dari mana? Kok tidak menuliskan daftar pustaka? Apakah betul itu asli tulisan anda?
ReplyDeleteBrisik
DeleteOkeh
DeleteKntd
ReplyDeleteGajelas
DeletePostingan taek
ReplyDeleteYg jelasin anjing
ReplyDeleteAslen anjing
ReplyDelete